December 17, 2014

Hati. Hati. 💜

Luka yang masih perih, bekas luka yang tak kunjung menghilang. Tak pernah ada yang tau, kapan dan mengapa suatu peristiwa terjadi. Hanya perlu tau, semata-mata sudah digariskan oleh Sang Maha Pencipta Semesta.
Tak perlu bertanya mengapa, mengapa dan mengapa. Hanya perlu tau, pasti semua ada maksud dan tujuannya.
Apa yang diinginkan manusia belum tentu menjadi yang terbaik untuk dirinya. Dengan apa yang ditakdirkan bisa menjadi bahan instropeksi diri, pembelajaran juga kehati-hatian dalam bertindak.

September 15, 2014

B A P A K

Bapak. Pria pertama yang aku cintai di muka bumi ini.
Melarang suatu hal yang tidak disukainya dengan cara lain. Mengungkapkan permintaannya dengan cara berbeda.
Bapak tidak pernah memaksakan kehendaknya.
Bapak tau, apa yang aku anggap baik dan aku jalani.
Bapak juga tau bagaimana cara menghindarkan aku dari hal yang buruk ke depannya.
Cara mendidik bapak, entah sama atau tidak dengan orang tua lain yang memiliki 3 anak PUTRI.
Dulu jarang bertemu bapak, walaupun serumah. Bapak pergi kerja sebelum aku bangun, pulang setelah aku terlelap.
Sekarang, bapak sudah pensiun. Selalu di rumah. Tetapi malah aku yang meninggalkan bapak untuk kerja.
Nama bapak akan kubawa sampai aku menikah nanti. Bahkan tertulis di batu nisanku saat aku tak lagi di dunia ini.


September 07, 2014

Takdir

Suka sekali dengan ayat ini :

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; 
tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, 

dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, 

dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), 


dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, 
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)".

Al-An-am:59


Sungguh tidak ada sesuatu yang kebetulan. Semua pasti sudah ada dalam agenda yang diciptakan oleh Tuhan.
Berpikir ketika sudah ditakdirkan ayah ibuku untuk dipertemukan dan menjalani hidup bersama. Begitu pula ketika terlahirnya kakak, aku dan adikku. Sesuatu yang tak bisa dielakkan lagi.

Jadi, kalau dirunut mundur dari masa lampau bukan kebetulan aku dilahirkan. Bukan kebetulan pula aku disekolahkan oleh orang tuaku dari TK hingga perguruan tinggi. Bukan kebetulan pula kemudian aku memasuki dunia kerja dan melanjutkan jenjang universitas kembali.

Jadi tidak ada yang kebetulan ketika aku bertemu KAMU, DIA, ANDA atau MEREKA yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Menjadi teman, sahabat, kekasih atau bahkan lawan.
Itu artinya kami dan KITA sudah waktunya dipertemukan, semua sudah ada dalam agenda-NYA.

Siapa bisa menolak jika Sang Pencipta sudah menuliskan.




June 02, 2014

Renungan Juni

Senin,
Awal bulan Juni,
Pagi hari.

Sepanjang perjalanan ke kantor, semua nampak seperti biasa. Tapi mata tak henti menatap di depan suatu toko. Terlihat seorang pria paruh baya berdiri di depan pagar toko yang terbuka sedikit, sambil mengangkat tangan setinggi-tingginya dan membawa 3 batang dupa (begitu aku menyebutnya). 

Berulang kali tangannya terangkat ke atas sambil menunduk. Ya, mungkin menyembah, berdoa,atau entah apa namanya ritual itu.

Bukan apa agamanya, bukan apa yang ia sembah dan bukan siapa dia. Tapi, perilakunya membuatku seakan teringat akan suatu hal. Berdoa dan bersyukur.

Entah sudah hari ke berapa aku dapat membuka mata di pagi hari. Entah sudah detik ke berapa aku dapat menghirup udara segar. Entah sudah kali ke berapa aku mengunyah makanan dan mencernanya sehingga dapat bertahan hidup seperti hari ini.

Bahkan aku sering lupa bagaimana bersyukur itu.

Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban

(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)

Bersyukur masih dapat merasakan anugerah Tuhanku di muka bumi.
Bersyukur masih dikelilingi orang-orang yang ku sayangi dan "semoga" menyayangiku.
Bersyukur masih dapat mengerahkan tenaga dan pikiran di tempat ku mencari nafkah.
Bersyukur masih merasakan betapa bahagianya memiliki penghasilan dari keringat sendiri.
Bersyukur masih dapat meyisihkan penghasilanku untuk berbagi dan zakat.

Apa yang ku dapat dan ku rasakan, mungkin tidak dapat dirasakan orang lain.

Masih ada orang lain yang tidak sebahagia aku.
Masih ada orang lain yang tidak sesehat aku.
Masih ada orang lain yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan.
Masih ada orang lain yang belum bisa berbagi.
Masih ada orang lain yang tidak bisa menikmati bagaimana hidup itu.

Semoga, sejak detik ini, aku hamba-Mu selalu mengingatmu, mengucap syukur dan sanggup menjalankan apapun yang Kau kehendaki.